Selasa, 14 Juni 2011

Jamur Superfisial


PEMBAHASAN
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur menyebabkan infeksi sistemik pada manusia melalui inhalasi langsung ke dalam paru-paru atau dengan melakukan invasi melalui luka yang terbuka. Selain itu jamur juga dapat mesuk malalui perantara infasif, misal yaitu dengan injeksi, pemasangan infus, dan juga melalui NGT.
 Infeksi jamur pada kulit juga dikenal sebagai “mikosis”. Infeksi jamur ini  umumnya ringan. Namun, pada orang yang sangat sakit atau kekebalannya menurun, maka infeksi jamur kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit serius. Jamur ini menghasilkan dua jenis infeksi: sistemik dan superfisial. Infeksi sistemik mempengaruhi organ internal. Mereka sering mulai di paru-paru, tetapi dalam kasus yang parah dapat menyebar ke darah jantung, otak, hati ginjal, atau bagian lain dari tubuh. Infeksi superfisial mempengaruhi permukaan tubuh, kulit, kuku, dan rambut. Mereka paling sering terjadi di daerah yang lembab, seperti antara jari kaki, di selangkangan, atau di mulut.

a.    Beberapa jenis mikosis superfisial antara lain sebagai berikut.
a.       Tinea kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk, yaitu :
·         Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.
·         Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu.
·         Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
·         Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.
b.      Tinea korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.
c.       Tinea kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya macula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, tidak rata pada bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
d.      Tinea manus dan tinea pedis
Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan dan kaki serta sela-sela jari. Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harusnmemakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasibmulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
e.       Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
f.        Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambangmdan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion. Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
g.      Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai eritrodemia, pempigus foliaseus, iktiosis yang sudah menahun.

b. Penanganan Infeksi Jamur Superfisial
1.      Terapi Umum
1.      Menjaga kebersihan badan.
2.      Hindari kelembaban kulit dan penggunaan pakaian yang tidak menyerap keringat.

2.      Terapi Topikal
Pengobatan topikal digunakan dengan cara dioleskan tipis pada lesi dan sampai 2 cm dari lesi, 1 – 2 kali sehari selama kurang lebih 2 – 3 minggu. Obat-obat topikal antara lain:
a.       Golongan azole : Menghambat sintesis ergosterol sehingga akan menyebabkan membrane sel jamur tidak stabil dan bocor, jamur lemah sehingga tidak dapat bereplikasi. Obat ini bersifat fungistatik. (Econazole, ketoconazole 2%, clotrimazole 1%, miconazole 2%, oxiconazole 1%, sulconazole 1%, sertaconazole 2%).
b.      Golongan allylamine : Menghambat enzim squalene 2-3 epoxidase sehingga akan mengurangi jumlah sterol dan jamur akan mati. (naftitin 1%, terbinafine 1%).
c.       Ciclopirox olamine 1% bersifat fungisid dengan menginterverensi sintesis DNA-RNA dan protein dengan cara menghambat transport elemen esensial pada sel jamur.
d.      Golongan asam organic. Contohnya salep withfield yang berisi asam salisilat 3% dan asam benzoate 6%. Sediaan ini bersifat keratolitik sehingga pengaruhnya terhadap infeksi jamur mungkin melalu proses deskuamasi.
e.       Haloprogin 1% merupakan antijamur yang efektif pada dermatofitosis dan ragi.
f.       Golongan tiokarbonat (Tolnaftat 2%, tolsiklat 1%) merupakan antijamur yang efektif terhadap dermatofitosis dan kurang efektif terhadap candida.
g.      Asam undesilenat 2 – 5% efektif untuk deramtofitosi tapi tidak untuk candida.
h.      Golongan sulfur (selenium sulfida 2,5%) obat ini efektif untuk tinea versikolor.
i.        Golongan zat warna trifenilmetan (gentian violet 1-2%) efektif untuk kandida.










DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihan. 2005. Beberapa Jamur yang Diisolasi dari Kulit Penderita Infeksi Jamur.
Budimulja, Unandar. Mikosis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keempat, 2006. Editor: Adhi Juanda, dkk. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 89 – 105.
Brooks, Janet S. Butel, Stephen A. Morse. 2005. Mikrobiologi Kedokteran 2 (Edisi 22). Jakarta: Salemba Medika.
Graham-brown, Robin. Infeksi jamur, Lecture Notes on Dermatology, Edisi kedelapan, 2005. Editor: Amalia Safitri, S.TP, M.Si. Jakarta; Erlangga. Halaman 32-41.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar